Kemenkes Hebat, Indonesia Sehat

Kemenkes Hebat, Indonesia Sehat

Kenalkan Hepatitis, Kemenkes Gandeng Blogger dan Mahasiswa

193

Bali, 31 Juli 2019

Hepatitis menjadi salah satu beban negara yang merugikan. Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes RI dr. Anung Sugihantono, M.Kes pada acara workshop tentang Hepatitis di Bali, Selasa (30/7) mengatakan satu kasus sirosis atau kanker hati dapat menghabiskan biaya Rp. 1 miliar hingga Rp. 5 miliar.

Hari ini, Kemenkes gelar Temu Blogger Kesehatan dan mahasiswa dalam rangka mengenalkan kaum muda pada penyakit hepatitis. Hal ini bertujuan agar mengenal lebih dekat dengan hepatitis maka pencegahan dapat dilakukan dengan baik.

Temu blogger ini dihadiri oleh 100 peserta yang terdiri dari blogger dan mahasiswa Poltekkes di Bali. Mereka dikenalkan jenis-jenis virus hepatitis dan cara penularannya.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung, dr. Wiendra Waworuntu, M.Kes mengatakan peradangan hati atau hepatitis disebabkan oleh virus hepatitis, perlemakan, parasite (malaria, amoeba), alkohol, obat-obatan, dan virus lain (dengue, herpes).

“Cara penularannya untuk hepatitis A dan hepatitis E melalui kotoran atau mulut, sementara hepatitis B, C, dan D melalui kontak cairan tubuh (ibu ke anak, anak ke anak atau dari dewasa ke anak, transfusi darah dan organ yang tidak diskrining, penggunaan jarum yang tidak aman, hubungan seksual, serta kontak dengan darah),” katanya, Rabu (31/7) di Bali.

Tren virus hepatitis di Indonesia adalah hepatitis A, B, dan C. Masa inkubasi hepatitis A adalah 30 hari, hepatitis B 80 hari, dan hepatitis C 50 hari.

Ketua Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia (PPHI) Prof.Dr.dr. I Dewa Nyoman Wibawa, SpPD, KGEH mengatakan penderita hepatitis bisa dicegah dan diobati apabila ditangani secara cepat dan tepat.

“Untuk itu jangan ragu untuk deteksi dini Hepatitis di Fasyankes (fasilitas layanan kesehatan) terdekat,” katanya.

Penderita hepatitis A dapat sembuh dengan beristirahat dan makan makanan bergizi seimbang. Selain itu juga menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti olah raga, cuci tangan sebelum makan, dan mencuci makanan sampai bersih.

Terkait virus hepatitis B, penularannya dari ibu ke anak atau secara vertikal memiliki kemungkinan sekitar 90% hingga 95%. Maka perli pemeriksaan dini pada ibu hamil dan pemberian imunisasi HBIg kurang dari 24 jam kelahiran.

Pengendalian Virus Hepatitis C di Indonesia selain pengendalian faktor risiko penyakit, dilakukan juga pengobatan Hepatitis C dengan obat Direct Acting Antiviral (DAA).

“Pengendalian faktor risiko untuk menghindari dari penularan hepatitis B dan C adalah dengan berperilaku hidup bersih sehat, dengan tidak menggunakan alat pribadi secara bersama seperti gunting kuku, alat cukur, dan sikat gigi, serta tidak menggunakan jarum suntik bersama,” kata dr. Wiendra.

Prof. I Dewa Nyoman menambahkan hepatitis C bisa disembuhkan dengan pengobatan Direct Acting Antiviral (DAA) yang memiliki tingkat kesembuhan 97%.

“DAA bisa didapatkan di Fasyankes, salah satunya di RSUP Sanglah. Manfaatkanlah kartu JKN,” ucapnya.

Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi nomor hotline Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email [email protected].(D2)

Kepala Biro Komunikasi dan

Pelayanan Masyarakat

Previous Article
Hari Anak Nasional 2024, Masyarakat Harus Pahami Karakteristik TBC
Next Article
Kementerian Kesehatan Gelar Kick-off Meeting Proyek Pelatihan Penanggulangan Bencana Bersama KOICA

MINISTRY OF HEALTH RELEASE


KALENDER KEGIATAN

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Jl. H.R. Rasuna Said Blok X-5 Kav. 4-9
Jakarta Selatan 12950
Indonesia

Ikuti Kami:

© 2025